sebuah kenyataan hidup

Friday 20 July 2012

Sang Juara


Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, terlebih saat babak final. Hanya tersisa empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri karna memang begitulah peraturannya. Salah satu diantara keempat itu adalah Vano. Desain mobilnya tak istimewa bila dibanding semua lawannya tapi secara performa mobil Vano-lah yang paling sempurna.
Secara fisik mobil itu memang tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya , tentunya tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun Vano bangga dengan itu semua sebab mobil itu adalah buatan tangannya sendiri. 
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap digaris start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah.
Sesaat sebelum lomba, Vano meminta waktu sebentar untuk berdoa. Lalu semenit kemudian, ia berkata “Ya, aku siap!”. 
Dooor... tanda pertandingan telah dimulai. Dengan satu hentakkan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil meluncur dengan cepat. Setip peserta bersorak, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayoo...cepat...maju!”, begitu teriak mereka.
Beberapa saat kemudian keluarlah pemenangnya saat tali lintasan finish terputus oleh laju mobil mainan. Dan Vano-lah pemenangnya. Vano sangat gembira dengan kemenangan itu dan berucap syukur pada Tuhan.
Saat pembagian piala tiba, Vano didaulat menuju podium. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya yang didengar oleh seluruh hadirin, “Hai jagoan, kamu pasti berdoa pada Tuhan agar kamu menang, bukan?” Vano terdiam lalu menjawabnya, “Bukan Pak, bukan itu isi doa saya.”
Vano lalu melanjutkan jawabannya, “ Sepertinya, tak adil meminta pada Tuhan untuk menolong saya mengalahkan orang lain. Saya hanya memohon pada Tuhan, agar saya tidak menangis jika kalah.“ Semua hadirin terdiam mendengar jawaban itu. Sesaat kemudian terdengarlah tepuk tangan membahana dari mereka memenuhi ruangan perlombaan itu.

No comments:

Post a Comment